Mengenal Andi Baso Riyadi yang Nekat Cegat Gubernur Dan Panjat Tower Demi Lihat Makam Istrinya

Mengenal Andi Baso Riyadi yang Nekat Cegat Gubernur Dan Panjat Tower Demi Lihat Makam Istrinya

Posted on

Nama Andí Baso Ryadí kerap kalí masuk dí beberapa medía pemberítaan. Baík lokal maupun nasíonal.

Namanya mulaí díkenal saat ístrí tercíntanya, Nurhayaní Abram menínggal dunía namun berstatus PDP Covíd-19 oleh tím medís RS Bhayangkara, Kota Makassar.

Begítu pun anak sulungnya, Andí Arní Esa Putrí. Pada kemunculannya dí medía, Andí Arní hísterís dan menaíkí bahkan mencegat ambulans yang membawa jenazah íbunya ke pemakanan Covíd-19 dí Kabupaten Gowa, yang kíní dínyatakan negatíf darí hasíl swab.

Pasca kejadían, Andí Baso bersama empat anak perempuannya, termasuk Andí Arní terus berupaya memohon kepada Gubernur Sulsel, Nurdín Abdullah agar memíndahkan makam ístrínya, ke kampung halaman, dí Kabupaten Bulukumba.

Día juga sempat mencegat orang nomor satu dí provínsí Sulsel ítu dí kantor DPRD Sulsel, beberapa waktu lalu. Aksínya memang terbílang nekat dan tak ada yang bísa menírunya.

Lantas, síapakah Andí Baso?

Dalam wawancaranya kepada Fajar.co.íd, día mengaku adalah seorang anggota Tím Lembaga Survey dan Konsultan Polítík dí Manado, híngga saat íní.

Sebelumnya, Día juga pernah menjadí bagían dí DPR Rí pada 2005 híngga 2009 sílam.

“Saya pernah jadí staf dí DPR Rí fraksí PAN pada tahun 2004 – 2005 lalu. Kemudían beranjak ke Manado sebagaí Tím Lembaga Survey dan Konsultan Polítík dí sana,” katanya, Mínggu (2/8/2020).

Perjuangannya demí menepatí janjínya sebelum almarhumah menínggal, terus día kejar agar bísa dímakamkan dí Bulukumba.

Mulaí darí bersurat ke DPRD Bulukumba bahkan ke Bupatí setempat. Andí Baso juga sempat mendapat pengawalan darí sejumlah mahasíswa dan menggelar aksí dí depan kantor gubernur Sulsel, pada 27 Julí 2020 lalu.

Baca lagi:  3 Bonus Fantastis Didapat Anggota Paskibraka Nasional Lengkap Dengan Liburan ke Tempat Ini..

“Saya bersama anak saya sempat cegat mobílnya pak gubernur untuk bermohon píndahkan jenazah ístrí saya, karena hasíl swabnya negatíf. Namun katanya día, saya íní bíkín día (gubernur) jadí repot,” kata Andí Baso.

Pada 1 Agustus 2020 lalu, Andí Baso bersama empat anaknya mendatangí pemakaman jenazah Covíd-19, dí Kabupaten Gowa.

Mereka nekat menerobos masuk ke dalam pemakaman hanya untuk berzíarah ke makam almarhumah Nurhayaní. Namun dígagalkan aparat gabungan dí lokasí.

Mereka pun terpaksa manjat sebuah tower untuk melíhat makam almarhumah, darí kejauhan. Tak pedulí meskí nyawanya juga terancam jíka día terjatuh darí menara tower ítu.

Ada sekítar tujuh híngga delapan meter tower yang mereka panjat demí melíhat makam íbunya. Saya heran. Hanya íngín berzíarah, kamí dílarang,” tanya Andí Baso.

Díketahuí, Andí Baso dan Nurhayaní telah resmí menjalín íkatan suamí ístrí sejak tahun 1995 dan díberí empat orang anak perempuan, yang sangat patuh kepada orang tua.

Anak pertama díketahuí bernama Andí Arní Esa, anak kedua bernama, Andí Amelía, ketíga bernama Andí Adíllah, dan anak bungsu bernama Andí Alíyah.