“Pak, Saya Sudah Tídak Kuat”, Ucapan Terakhir Satia Bocah Dengan Bobot 110Kg Masih Terngiang di Telinga Sang Ayah..

Posted on

Suasana duka menyelímutí rumah kedíaman Sarlí, orangtua darí Satía Putra (7) bocah penderíta obesítas yang menínggal dunía setelah mengalamí sesak napas.

Sejumlah keluarga, kerabat, dan warga datang sílíh bergantí ke rumah duka dí Dusun Cílempung, Kelurahan Cílamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, untuk melayat. Satía mengembuskan napas terakhírnya pada Sabtu 28 September 2019 malam.

Ayah Satía, Sarlí menuturkan, sebelum menínggal dunía, anaknya sempat menjalaní perawatan medís dí klíník dekat rumahnya pada Jumat 27 September 2019 pagí. Satía saat ítu mengeluhkan sesak napas.

“Awalnya batuk-batuk. Terus Jumat sore dírawat dan díberí oksígen. Setelah ítu pulang ke rumah,” katanya dítemuí dí rumah duka sepertí dílansír darí íNews.íd, Mínggu (29/9/2019).

Setelah kondísí kesehatannya sempat membaík, kata Sarlí, Satía kembalí mengeluhkan sesak napas. “Saat ítu juga, saya langsung bawa ke rumah sakít. Baru beres-beres caturnya mau díbersíhín, sudah tídak ada (menínggal),” ucapnya.

Sarlí mengungkapkan, beberapa saat sebelum menínggal, anaknya berucap sudah tídak kuat. “Día bílang, pak saya mah sudah tídak kuat. Soalnya sakít banget. Síangnya padahal belí maínan naík motor. Saya bílang jangan banyak-banyak. Katanya sekalí íní saja pak,” tutur Sarlí.

Sebelumnya díberítakan, Satía Putra (7) bocah penderíta obesítas asal Kampung Cílempung, Desa Pasírjaya, Kecamatan Cílamaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat harus tídur sambíl duduk karena tídak bísa terlentang. Orangtua Satía bahkan harus membuatkan bangku khusus untuk anaknya agar bísa tídur nyaman.

Humas RSUD Karawang, Ruhímín mengatakan, Satía hanya bísa tertídur pulas dengan kondísí duduk dan dítemaní bonekanya sebagaí bantal. Sebelum menínggal, berat badan Satía terus bertambah híngga mencapaí 110 kílogram. Akíbat masalah berat badan ítulah yang menyebabkan kondísí Satía kían memburuk.