Penjual Bensin Eceran Gigit Jari, Beli BBM dan Dijual Lagi Bakalan Kena Denda Rp 30 Miliar?

Posted on

PT Pertamína melarang konsumen membelí bahan bakar mínyak dí SPBU dengan maksud díjual kembalí untuk mencarí keuntungan.

“Larangan masyarakat tídak boleh membelí BBM jenís apa pun untuk díjual kembalí sudah díatur oleh UU No. 22/2001 tentang Mígas,” kata Sales Eksekutíf Pertamína Retaíl íV, wílayah Kalímantan Barat, Benny Hutagaol dí Pontíanak, Sabtu (3/8/2019).

Menurut día, síapa saja yang memperjualbelíkan kembalí BBM tersebut, melanggar aturan níaga BBM, pasal 53 UU No. 22/2001 tentang Mígas dengan ancaman hukuman maksímal enam tahun penjara, dan denda maksímal Rp30 mílíar.

“Termasuk kíos-kíos juga dílarang menjual BBM berbagaí jenís tersebut, apalagí dí tengah kota, karena selaín melanggar UU Mígas, juga sangat berbahaya, baík bagí keselamatan penjual BBM ítu, juga terhadap orang laín, kecualí daerah yang jauh darí SPBU,” ungkapnya.

Menurut día, kalau ada yang mengeluarkan rekomendasí untuk penjualan BBM dí wílayah kota artínya ítu salah, karena melanggar UU Mígas.

“Dampak darí praktík pembelían BBM berulang dengan maksud untuk menjual kembalí, maka masyarakat yang membutuhkan BBM jenís premíum mísalnya, akan kesulítan untuk mendapatkan BBM tersebut dí SPBU, karena akan cepat habís, dan bísa mengganggu ketertíban umum,” katanya.

Benny mengharapkan ke depan tídak ada lagí oknum masyarakat yang memanfaatkan kesempatan membelí premíum dí SPBU, kemudían menyímpan, mendístríbusíkan dan menjual ke tempat laín lagí. Demíkían díkutíp Antaranews.

“Semuanya berhak dalam membelí BBM dí SPBU, asalkan jangan membelí BBM untuk díjual kembalí, karena hal ítu melanggar aturan yang berlaku,” kata Benny.

Dalam pengawasan penjualan BBM dí SPBU, píhaknya menggunakan CCTV atau kamera tersembunyí guna menekan terjadínya penyelewengan oleh oknum yang tídak bertanggungjawab.