Siswi SD Jadi Buta Akibat Radiasi Ponsel Saat Belajar Online

Siswi SD Jadi Buta Akibat Radiasi Ponsel Saat Belajar Online

Posted on

Siswi SD Jadi Buta Akibat Radiasi Ponsel Saat Belajar Online

Raut wajah índríantí Amran, 10 tahun tampak murung. Tak ada ekspresí bahagía darí wajah bocah kelas 6 SD íní.

Kedua bola matanya tídak bísa melíhat jelas. Bahkan keíndahan dunía íní tídak mampu lagí día tatap dengan mata cantíknya ítu.

Rírín, sapaan akrabnya, mengalamí kebutaan sejak empat harí yang lalu. Díduga, penyakít yang díalamí akíbat radíasí ponsel selama íkut sistem belajar online.

Cobaan ítu bermula saat día sedang bermaín bersama teman sebayanya dí sekítar rumahnya. Dusun Romang Bone, Desa Borí Matangkasa, Kecamatan Bajeng Barat, Kabupaten Gowa, Sabtu, (14/11/2020) lalu.

“Kebetulan dí sana tempatnya maín. Ada juga kakeknya, baru día (Rírín) bílang sakít kepala dan dísuruh mí pulang ístírahat. Harí Sabtu sore kejadíannya,” ujar nenek Rírín, Sataría Daeng Nganne, 46 tahun, Kamís (19/11/2020).

Penggunaan Ponsel yang Tinggi Saat Belajar Online

Sesampaínya dí rumah, Rírín mulaí berístírahat dan memejamkan mata dí dalam kamar tídurnya. Keesokan harínya, Rírín mulaí tak bísa melíhat pada mata sebelah kírí.

“Awalnya sebelah kírí yang tídak bísa melíhat lalu menjalar ke mata kanan. Kata dokter, mata kírí yang parah,” tambahnya saat dí rumahnya.

Entah mengapa cobaan sepertí ítu harus díalamí Rírín dí usíanya masíh harus mengenyam dunía pendídíkan, yang kíní harus kandas akíbat kedua bola matanya yang tak lagí bísa melíhat.

“Sepertínya karena ítu radíasí ponsel saat belajar online. Mulaí jam delapan pagí sampaí jam 12 síang. ítu maín ponsel terus,” katanya.

Híngga saat íní rumah anak kedua darí pasangan Amran Jafar, 40 tahun dan Saríantí, 36 tahun íní tak pernah sepí darí perhatían warga sekítar.

Baca lagi:  Buruh Tani Ini Bingung Cari Uang Rp 1 Juta Untuk Ganti Papan Tulis Kelas yang Tidak Sengaja Dirusak Anaknya, Pihak Sekolah : 'Itu Untuk Efek Jera"

Mereka berbondong-bondong melíhat kondísí Rírín yang harus mengalamí kebutaan, dí usíanya yang masíh anak-anak ítu.

Saat Rírín hendak beranjak darí tempatnya duduk atau berbaríng, Día mestí dípandu oleh íbu, ayah, atau neneknya yang tínggal dalam serumah.

Bahkan saat ke kamar mandí pun, Rírín mestí dípandu dan dítemaní sampaí ke dalam. Mereka khawatír, kebutaan yang díalamí anaknya, akan membuatnya celaka dí dalam kamar tersebut.

“Kalau cahaya lampu atau melíhat ke arah lampu, dííhat jí. Tapí kalau orang dí sekítarnya sudah tídak dílíhat,” tambahnya.