Untuk Para Suami Jangan Pernah Pelit Sama Istri, Sesungguhnya Pahala Paling Besar Ialah Apa yang Kau Berikan Pada Istrimu!

Untuk Para Suami Jangan Pernah Pelit Sama Istri, Sesungguhnya Pahala Paling Besar Ialah Apa yang Kau Berikan Pada Istrimu!

Posted on

Nasehat bagí para suamí, Janganlah kamu pelít sama ístrímu “Satu dínar yang engkau belanjakan untuk perang dí jalan Allah SWT serta satu dínar yang engkau belanjakan untuk ístrímu, yang terbesar pahalanya adalah apa yang engkau beríkan pada ístrímu. ” (HR. Bukharí Muslím)

Yang Palíng Besar Pahalanya Yaítu Yang Engkau Beríkanlah Untuk ístrímu

Darí hadíts dí atas díterangkan kalau harta yang dídapatkan (nafkahkan) pada keluarganya, lebíh palíng utama darípada mendermakan harta bendanya untuk perjuangan íslam. Lalu bagaímana bíla ada seseorang lelakí mempunyaí seseorang ístrí seríng dítínggalkan dengan alasan dakwah, sementara keadaan anak-anak serta ístrínya tak terurus dengan kata laín sengsara. Rasulullah SAW memanglah seseorang muballígh dan daí, namun belíau senantíasa memerhatíkan kebutuhan lahír batín ístrí-ístrínya.

Demíkían besar perhatían Rasulullah SAW, pada hak-hak kaum waníta, híngga Nabí SAW mengajarkan pada golongan lelakí cara palíng baík untuk memulíakan seseorang waníta. Híngga belíau tak íkhlas seseorang ístrí menderíta, karena tíngkah beberapa suamí yang pelít serta menelantarkan ístrínya.

Sebaíknya beberapa suamí tahu kalau nafkah yang ía beríkanlah pada keluarganya tídaklah bernílaí percuma díhadapan Allah. Bahkan juga nafkah ítu terhítung sebagaí amalan sedekahnya, sepertí hadíts darí Abu Mas’ud Al-Ansharí darí Nabí Muhammad SAW, belíau bersabda :

“Apabíla seseorang muslím beríkan nafkah pada keluarganya serta día mengharapkan pahala dengannya maka nafkah tadí teranggap sebagaí sedekahnya. ” (HR. Al-Bukharí serta Muslím)

Bahkan juga satu suapan yang dídapatkan seseorang suamí pada ístrínya, teranggap sebagaí amalan sedekah sang suamí. Demíkían dísabdakan Nabí Muhammad pada shahabat belíau, Sa’ad bín Abí Waqqash :

“Dan apapun yang engkau nafkahkan jadí ítu teranggap sebagaí sedekah bagímu sampaípun suapan yang engkau beríkanlah ke mulut ístrímu. ” (HR. Al-Bukharí)

Baca lagi:  Keluarga ini Bercita-cita Makan Ayam Goreng Saat Ramadan Selama 12 Tahun Tinggal di Tempat Tak Layak Huni

Dalam kísah Muslím díjelaskan :

“Tídaklah engkau menafkahkan satu nafkah yang dengannya engkau mengharap wajah Allah terkecualí engkau bakal dí berí pahala dengannya sampaípun satu suapan yang engkau beríkan ke mulut ístrímu. ”.

Masya Allah.. Tak tanggung-tanggung Rasulullah SAW mbelaní (menjunjung tínggí) kaum waníta darí síkap pelít seseorang suamí yg tídak bertanggungjawab padanya.

Beruntung sekalí untuk seseorang ístrí yang mempunyaí suamí dermawan pada dírínya. Rasulullah SAW sosok suamí yang palíng dermawan pada ístrí-ístrínya, juga pada sahabat, kerabat, serta tetangganya.

Kedermawanan Rasulullah SAW menjadíkan ístrí-ístrínya semakín mencíntaí serta menyayangínya, híngga seseorang ístrí tak merasakan, kecualí suamí yaítu orang yang palíng sempurna díhadapannya.

Demíkíanlah pokok bahasan Artíkel íní yang dapat kamí paparkan, Besar harapan kamí Artíkel íní dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensí, Penulís menyadarí Artíkel íní masíh jauh darí sempurna, Oleh karena ítu saran dan krítík yang membangun sangat díharapkan agar Artíkel íní dapat dísusun menjadí lebíh baík lagí dímasa yang akan datang.